Klinik Pratama Itenas
Dikelola swadaya praktek pribadi | 1991 |
Kerjasama PEngelolaan Klinik Jejaring Padjadjaran | 2013 |
Pada awal pendirian Balai Pengobatan (BP) Itenas pada tanggal 8 Mei 1991, momentum ini diambil bersamaan dengan dimulainya menerima pasien. Pada mulanya, Balai Pengobatan Itenas merupakan gagasan dan cita-cita ibu Rochjat Mansoer yang ingin mempunyai sisi sosial dan berpartisipasi bagi kesejahteraan karyawan, mahasiswa dan penduduk yang bertetangga dengan Kampus Itenas.
Gagasan tersebut disambut baik oleh Ketua Yayasan Pendidikan Dayang Sumbi, Ir. Mansoer Wiratmadja, jugaRektor Itenas, Prof. Syamsir Mira dan Wakil Rektor 2 Bidang Administrasi Keuangan dan Umum, Ir. Jusuf Mu’min. Tak hanya para pimpinan yayasan maupun perguruan tinggi yang ikut mendukung, para dosen Itenas pun turutserta berpartisipasi dalam bentuk sumbangan sukarela.
Pada akhirnya, untuk mewujudkan gagasan mulia tersebut digandenglah sebagai mitra kerjasama pengelolaan Balai Pengobatan, yaitu dr. Masnelli Amri sebagai koordinator dokter-dokter yang bertugas praktek pada BP Itenas. Saat itu dr. Masnelli Amri juga duduk sebagai pimpinan Dinas Kesehatan Kota Bandung yang juga berperan penting dalam menerbitkan ijin operasional.
Selain itu, atas dukungan dr. Somali sebagai pimpinan RS. Kebonjati, dijalinlah kesepakatan kerjasama pengelolaan Balai Pengobatan yamg ditindaklanjuti dengan memberikan sumbangan berupa peralatan medis, obat-obatan, prasarana pemeriksaan pasien, perlengkapan linen serta menugaskan 2 orang perawat berpengalaman yang ditugaskan selama 4 bulan. Selain dukungan moril dan materil dari RS Kebonjati, dukungan lainnya juga diberikan dengan memberikan perhatian khusus bagi pasien-pasien yang mendapatkan rujukan dari BP Itenas dalam bentuk perawatan, pemeriksaan laboratorium serta biaya perawatan di RS. Kebonjati.
Sebelum dikelola PT Rumah Sakit Padjadjaran (RSP), sebagai koordinator dokter yang bertugas praktek adalah Dokter Masneli Amri (1991), kemudian penanggungjawab Balai Pengobatan Itenas dilanjutkan oleh Dokter Vini Adianti (1994-an), dan Dokter Diah Secapawati (1996-2013). Sementara Pelaksana Harian perawat Zr, Nina K, dan pembantu pelaksana perawat Zr, Imas Ugayah, serta pengadaan obat-obatan Ibu Oce Yudhoyono Kartidjo, bagian kefarmasian (1991-2013).
KONDISI AWAL WAKTU DISERAHKAN
Sejalan dengan perkembangan kampus Itenas, maupun tuntutan perubahan sistem pelayanan kesehatan, pada tahun 2013 atau bertepatan dengan memasuki 22 tahun sejak balai pengobatan digagas, Yayasan Pendidikan Dayang Sumbi (YPDS) mulai mengembangkan konsep Balai Pengobatan menjadi sebuah Klinik Terpadu dengan harapan dapat memberikan pelayanan 24 jam sekaligus mengembangkan peran tanggungjawab sivitas Akademika serta karyawan dan masyarakat sekitar.
.Unit pelayanan kesehatan kampus pada waktu itu terbatas pada pelayanan poli umum, dengan sumber daya manusia yang saat itu terbatas. Padahal tujuan didirikan Balai Pengobatan untuk masyarakat umum tentu saja untuk pelayanan kesehatan dasar bagi seluruh sivitas akademika Kampus Itenas dan bagi seluruh masyarakat di sekitarnya..
Menanggapi kondisi di atas pihak Yayasan Pendidikan Dayang Sumbi (YPDS) yang mengelola Institut Teknologi Nasional (Itenas) berusaha melakukan perbaikan dengan cara melakukan kerjasama operasional dengan PT. RUMAH SAKIT PADJADJARAN mengadakan perjanjian kerjasama untuk 5 tahun kedepan dengan nomor 6.01.48/YPDS/VIII/2013 (005/RSP-PK/VIII/2013), yang ditandatangani Ketua Yayasan Pendidikan Dayang Sumbi Dr. Iwan Inrawan Wiratmadja, Ir dan Direktur Harian PT. Rumah Sakit Padjadjaran Wendy Freely Nugraha, dr. M.P.H., pada hari Jum’at tanggal 30 Agustus 2013 di Bandung. sehingga sejak tanggal 1 September 2013 Balai Pengobatan Itenas berganti manajemen di bawah Departemen Pelayanan PT. Rumah Sakit Padjajdaran yang mengelola Klinik Jejaring Padjadjaran.
Pertumbuhan & Pengembangan Klinik Itenas 5 Tahun Kedepan (2018-2023)
Pertumbuhan kunjungan masyarakat umum ke Klinik Itenas dari tahun ke tahun, menandakan kepercayaan yang meningkat, hal ini disebabkan informasi yang mulai diterima oleh masyarakat umum bahwa Klinik Itenas melayani bukan hanya pasien mahasiswa ataupun karyawan/ dosen. Dukungan ini juga diberikan oleh pihak kampus dengan memberikan informasi dan akses masyarakat umum untuk berobat ke klinik, baik melalui billboard di pintu depan maupun pintu belakang (samping). Selain itu, aktifnya peran serta Klinik Itenas dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti posyandu serta kegiatan edukasi, dan telah banyaknya kerjasama pelayanan kesehatan dengan Klinik Jejaring Padjadjaran, mendorong kunjungan pasien masyarakat umum meningkat.
Sebagai komitmen pelayanan, klinik tetap buka untuk menunjukan profesional & mandiri, seperti halnya klinik jejaring lainnya. Hal ini berdampak pada komposisi kunjungan masyarakat umum yang meningkat, pertumbuhan kunjungan masyarakat umum (pasien) ke Klinik Itenas mengalami kenaikan yang cukup signifikan disituasi Pandemic Covid-19. Pasien masyarakat umum (eksternal) adalah pengguna jasa pelayanan kesehatan di Klinik ITENAS diluar sivitas akademika (mahasiswa, pegawai/ dosen), baik membayar tunai maupun non tunai (asuransi), seperti masyarakat umum, peserta BPJS Kesehatan, peserta asuransi lain.
Pengelolaan oleh PT RSP melalui perjanjian kerjasama di lima tahun pertama (2013-2018) telah menampakan hasil, Perkembangan kunjungan pasien signifikan terjadi selama 5 tahun terakhir terutama masyarakat umum. Hal ini sesuai dengan tujuan mengembalikan kepercayaan mahasiswa, dosen, dan pegawai untuk berobat ke Klinik ITENAS serta memberikan kontribusi kepada masyarakat di sekitar kampus dalam bidang kesehatan, meliputi program preventif, promotif, dan kuratif.
Komposisi total kunjungan masyarakat umum (eksternal kampus) sebelum dikelola oleh PT RSP dibandingkan dengan pasien mahasiswa dan dosen/ pegawai (internal kampus) dibawah 1%, Setahun dikerjasamakan, kunjungan masyarakat umum ke klinik itenas menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Sejak dimulai kerjasama dibawah pengelolaan PT RS Padjadjaran, mulai terjadi perkembangan, hingga diatas 1 %, dan meningkat menjadi 1,59% di tahun kedua dari total kunjungan pasien ke Klinik, dan menjadi 3,84% ditahun ke-3 dan terus berlanjut hingga 14,73% di tahun 2018/2019. Kenaikan kunjungan masyarakat umum signifikan terjadi setelah Klinik Itenas bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di bulan April 2015. Hal ini akan berdampak pada citra institusi dimata masyarakat (branding).
Kunjungan masyarakat umum semakin meningkat, ditahun ke-3 rata-rata 15 pasien per bulan, atau setara dengan 3,84% dari komposisi total kunjungan pasien ke Klinik Itenas periode 2015/2016 dari total rata-rata kunjungan 384 pasien per bulan, menjadi rata-rata 59 pasien per bulan atau setara 14,73% dari total rata-rata kunjungan 400 pasien per bulan. Untuk itu, diperlukan upaya pengembangan pelayanan masyarakat umum berkelanjutan dan lebih baik lagi.
Pada awalnya, berdasarkan catatan operasional di klinik saat itu, masyarakat masih segan untuk berobat sehubungan dengan akses yang masih terlalu ke dalam kampus. Selain itu karakteristik penduduk sekitar klinik adalah penduduk transit bukan mukim, sehingga bila memiliki kartu BPJS Kesehatan tidak memungkinkan untuk berobat ke Klinik Itenas. Hal lain yg jadi pertimbangan masyarakat umum adalah jumlah layanan klinik yang masih terbatas. Berbagai kegiatan untuk meningkatkan kunjungan masyarakat umum terus ditingkatkan, sehingga menampakan hasil yang signifikan terutama di periode tahun 2016/2017 tersebut.